Wali Yang Tidak Tahu Dirinya Wali
Bismillaah bi-idznillaah
Pada sekitar abad ketujuh hijri, di Syam, hidup seorang wali besar bermazhab fikih Syafi'i dan akidah Asy'ari bernama Abu Bakar bin Qawam al-Balisi (584-658 H). Selain disepakati kealiman dan kesalehannya, menurut Imam As-Subki, beliau juga sosok yang zuhud, ahli ibadah, warak, berakhlak mulia, pemalu, tawaduk, berpegang teguh terhadap syariat dan punya banyak kekeramatan. Bahkan, tidak kurang dari 16 halaman dalam kitab Thabaqat al-Syafi’iyah-nya, Imam As-Subki menuliskan karomah-karomah Syaikh Abu Bakar.
Alkisah. Salah seorang murid Syaikh Abu Bakar bernama Haji Mahdi hendak berangkat ke Damaskus. Kepadanya Syaikh Abu Bakar berpesan:
“Haji Mahdi, jika kau datang ke Damaskus, berdirilah di depan pintu masjid Qashab dan panggillah, ‘Wahai Syaikh Muzaffar!’ niscaya ia menjawab panggilanmu. Lalu katakan padanya, ‘Syaikh Abu Bakar bin Qawam menitipkan salam untuk Anda dan mengatakan bahwa Anda adalah termasuk wali-wali Allah yang tidak mengetahui kewalian dirinya’.”
Sejak saat itulah Syaikh Muzaffar menyatakan diri sebagai murid Syaikh Abu Bakar. “Aku adalah murid beliau. Sebab beliau telah memberi tahuku perihal (kewalian)ku, padalah beliau belum pernah melihatku.”
Syaikh Muzaffar pun keramat, banyak orang sowan kepadanya.
Selain menunjukkan bahwa di antara wali-wali Allah ada yang tidak mengetahui kewalian dirinya, kisah di atas juga menjadi genealogi bagi kisah-kisah karomah sebagian wali nusantara yang konon saling berkirim salam atau mengungkap kewalian wali lainnya meski secara fisik tak diketahui pernah bersua. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kita yang seperti ini, ada mereka yang ‘hidup’ dalam alam berbeda yang segala hal-ihwalnya maha menakjubkan.
Pada sekitar abad ketujuh hijri, di Syam, hidup seorang wali besar bermazhab fikih Syafi'i dan akidah Asy'ari bernama Abu Bakar bin Qawam al-Balisi (584-658 H). Selain disepakati kealiman dan kesalehannya, menurut Imam As-Subki, beliau juga sosok yang zuhud, ahli ibadah, warak, berakhlak mulia, pemalu, tawaduk, berpegang teguh terhadap syariat dan punya banyak kekeramatan. Bahkan, tidak kurang dari 16 halaman dalam kitab Thabaqat al-Syafi’iyah-nya, Imam As-Subki menuliskan karomah-karomah Syaikh Abu Bakar.
Alkisah. Salah seorang murid Syaikh Abu Bakar bernama Haji Mahdi hendak berangkat ke Damaskus. Kepadanya Syaikh Abu Bakar berpesan:
“Haji Mahdi, jika kau datang ke Damaskus, berdirilah di depan pintu masjid Qashab dan panggillah, ‘Wahai Syaikh Muzaffar!’ niscaya ia menjawab panggilanmu. Lalu katakan padanya, ‘Syaikh Abu Bakar bin Qawam menitipkan salam untuk Anda dan mengatakan bahwa Anda adalah termasuk wali-wali Allah yang tidak mengetahui kewalian dirinya’.”
Sejak saat itulah Syaikh Muzaffar menyatakan diri sebagai murid Syaikh Abu Bakar. “Aku adalah murid beliau. Sebab beliau telah memberi tahuku perihal (kewalian)ku, padalah beliau belum pernah melihatku.”
Syaikh Muzaffar pun keramat, banyak orang sowan kepadanya.
Selain menunjukkan bahwa di antara wali-wali Allah ada yang tidak mengetahui kewalian dirinya, kisah di atas juga menjadi genealogi bagi kisah-kisah karomah sebagian wali nusantara yang konon saling berkirim salam atau mengungkap kewalian wali lainnya meski secara fisik tak diketahui pernah bersua. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kita yang seperti ini, ada mereka yang ‘hidup’ dalam alam berbeda yang segala hal-ihwalnya maha menakjubkan.
Komentar
Posting Komentar