Satu Orang Berada Di Dua Tempat Bersamaan?
Bismillaah bi-idznillaah
Anda pernah mendengar karomah sebagian Kiai (Wali) Nusantara yang konon bisa berada di dua tempat dalam satu waktu? Atau yang disaksikan tengah berhaji ke Mekah, padahal di waktu yang sama sedang bersama keluarganya di rumah dan tak kemana-mana? Sebenarnya cerita serupa sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, berikut kisahnya:
Sayyiduna Abdullah Ibnul Mubarak berkisah. Ada seorang lelaki saleh yang memiliki kegemaran berhaji. Suatu ketika, pada saat musim haji tiba, ia berniat melaksanakannya bersama rombongan para calon haji yang lain. 500 Dinar dalam kantongnya dibawanya ke pasar untuk membeli perlengkapan haji. Eh, tau-tau di tengah jalan ia bertemu dengan seorang perempuan syarifah yang mengadu kekurangan dan sudah empat hari ia dan putri-putrinya tak makan. Mendengar itu, hati lelaki saleh itu pun terenyuh, dan 500 Dinar yang dimilikinya pun diberikannya utuh. Urunglah niatnya untuk pergi haji pada tahun itu.
Selepas musim haji, orang-orang yang berhaji kembali pulang ke kampung halamannya masing-masing. Setiap kali lelaki saleh itu bertemu dengan mereka yang baru pulang haji, ia menyapanya dan mengucapkan selamat, “Semoga Allah menerima hajimu dan mengganjarmu.” Tak dinyana, orang-orang itu malah balik mengucapkan selamat juga kepadanya, padahal ia tidak pergi haji. Bingunglah ia.
Malam itu, dalam mimpinya, ia bertemu nabi dan bersabda kepadanya, “Hai Fulan! Tak perlu heran dengan ucapan selamat-haji mereka kepadamu. Engkau telah menolong seorang yang malang nan lemah. Maka aku pun memohon kepada Allah, lalu Dia menciptakan sesosok Malaikat yang kembar denganmu dan menghajikanmu setiap tahun. Maka dari itu, jika kamu mau, silakan pergi haji. Jika tidak, ya tidak usah (karena sudah ada Malaikat kembaranmu yang mewakilimu).”
#AmaddanaLlaah bi asraari Auliyaa'iH..
Anda pernah mendengar karomah sebagian Kiai (Wali) Nusantara yang konon bisa berada di dua tempat dalam satu waktu? Atau yang disaksikan tengah berhaji ke Mekah, padahal di waktu yang sama sedang bersama keluarganya di rumah dan tak kemana-mana? Sebenarnya cerita serupa sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, berikut kisahnya:
Sayyiduna Abdullah Ibnul Mubarak berkisah. Ada seorang lelaki saleh yang memiliki kegemaran berhaji. Suatu ketika, pada saat musim haji tiba, ia berniat melaksanakannya bersama rombongan para calon haji yang lain. 500 Dinar dalam kantongnya dibawanya ke pasar untuk membeli perlengkapan haji. Eh, tau-tau di tengah jalan ia bertemu dengan seorang perempuan syarifah yang mengadu kekurangan dan sudah empat hari ia dan putri-putrinya tak makan. Mendengar itu, hati lelaki saleh itu pun terenyuh, dan 500 Dinar yang dimilikinya pun diberikannya utuh. Urunglah niatnya untuk pergi haji pada tahun itu.
Selepas musim haji, orang-orang yang berhaji kembali pulang ke kampung halamannya masing-masing. Setiap kali lelaki saleh itu bertemu dengan mereka yang baru pulang haji, ia menyapanya dan mengucapkan selamat, “Semoga Allah menerima hajimu dan mengganjarmu.” Tak dinyana, orang-orang itu malah balik mengucapkan selamat juga kepadanya, padahal ia tidak pergi haji. Bingunglah ia.
Malam itu, dalam mimpinya, ia bertemu nabi dan bersabda kepadanya, “Hai Fulan! Tak perlu heran dengan ucapan selamat-haji mereka kepadamu. Engkau telah menolong seorang yang malang nan lemah. Maka aku pun memohon kepada Allah, lalu Dia menciptakan sesosok Malaikat yang kembar denganmu dan menghajikanmu setiap tahun. Maka dari itu, jika kamu mau, silakan pergi haji. Jika tidak, ya tidak usah (karena sudah ada Malaikat kembaranmu yang mewakilimu).”
#AmaddanaLlaah bi asraari Auliyaa'iH..
Komentar
Posting Komentar