Kristen Bukan Kafir ?!

Sekali lagi, saya dipertemukan dengan tulisan Sumanto Al Qurtuby lewat kiriman inbox dari salahseorang teman Facebook. Sebuah tulisan yang terlihat seperti madu yang menyegarkan, namun berisi racun yang mematikan.

Andai pemahaman beliau ini hanya untuk konsumsi pribadinya, maka rasanya belum urgen untuk ditanggapi. Namun, ketika pemahaman beliau ini sudah disebarluaskan sehingga sudah menelan 'korban', maka tentu hukum mengkritisi dan membeberkan kesalahannya menjadi sebuah kewajiban. Karena itu, mari kita memaparkan hal itu dengan semata-mata mengharapkan bimbingan dari Allah -Subhaanah-.

[Sumanto (S)]:
Bedakan Antara "Kafir" dan "Kristen".

[Alfitri (A)]:
Anda sadari atau tidak, sebetulnya secara terminologi syariat, kedua kata ini jelas dua buah istilah yang punya perbedaan, sehingga tidak ada seorangpun ulama yang memahami dua istilah ini dengan baik, menyamakan secara mutlak (sinonim).

Namun, sekalipun kedua istilah ini berbeda namun keduanya tetap punya korelasi yang disebut dalam studi ilmu Logika dengan sebutan "al-`Umuum wal Khushuus Min Wajhin". Artinya, setiap Kristen itu pasti kafir, tapi belum tentu setiap kafir itu adalah Kristen, lantaran yang kafir itu bukan hanya Kristen.

Agar anda bisa memahami poin ini dengan baik, maka saya harapkan anda menyimak penjelasan detail dan komentar saya berikut ini.

[S]:Saya kadang mesam-mesem membaca banyak "meme"dan pernyataan di medsos atau "dumay" tentanglarangan "orang kafir" menjadi pemimpin (maksudnya,"kepala daerah") atas umat Islam.

[A]:
Hemat saya, anda juga harus mesam-mesem melihat tulisan-tulisan anda di wall Fb, yang menyinggung dan ikut campur dalam kajian agama, sementara modal keilmuan agama anda masih dangkal. Lebih baik anda mesam-mesem melihat sikap anda yang 'ugal-ugalan', dari pada sikap mereka.

Apakah anda ini pengkaji bidang ilmu agama, atau umum? Atau, pernahkah anda mendalami ilmu-ilmu keislaman secara mendalam? Pertanyaan semacam ini harus anda jawab sejara jujur. Sebab, bila jawabannya ternyata negatif, maka sikap anda seperti ini sudah melanggar kode etik dunia intelektual. Ini sama saja namanya dengan "memukul air di dulang, terpercik muka sendiri". Karena itu, berhentilah sebelum Allah semakin mempermalukan diri anda.

[S]: Tetapi yang "mereka"maksud dengan "orang kafir" itu adalah "Ahok yangKristen". Mereka bilang ini amanat Kitab Suci (baca, Al-
Qur'an) yang kedudukannya jauh lebih tinggi daripada"Konstitusi".

[A]: Maksud mereka tidak salah. Sebab, istilah kafir dalam syariat itu mencakup Kristen, dan Ahok itu jelas Kristen. Biar ini bisa dipahami dan diterima, ya silahkan pembacaannya dilanjutkan ke bawah.

[S]. Kata "kafir" dan "Kristen" itu dua hal berbeda. Kata"kafir" itu sangat rumit dan kompleks sekali dalam Al-Qur'an.

[A]. Seperti yang saya katakan, dalam terminologi syariat, kedua istilah ini berbeda tapi tetap punya korelasi, sehingga penyematan kafir pada Kristen itu bisa diterima secara logika dan syariat.

Menariknya, anda sendiri mengakui kerumitan kata "kafir", tetapi anda malah tidak merujuk pada penjelasan ulama. Anda juatru mengandalkan asumsi serampangan dan kesimpulan prematur yang tidak berpijak pada konsep dan teori yang dijelaskan para ulama. Akhirnya, saya jadi mesam-mesem membaca tulisan anda di atas.

[S]. Ada sekitar 421 kali, Al-Qur'an menyebut kata"kafir" atau "kufr" dengan makna beragam dan konteksyang berbeda-beda tetapi muaranya kurang lebih sama,yaitu "menutupi sesuatu".

[A]: Kesalahan dasar anda dalam hal ini adalah, tidak membedakan mana kata "kafir" dalam Quran yang masih dimaknai secara etimologi, dan mana pula yang sudah dimaknai secara terminologi.

Jika hal ini tidak anda pahami dengan baik, maka saya khawatir nanti anda akan memahami kata-kata semisal salat, zakat, haji, mukmin, munafik dan lainnya, dengan makna etimologinya. Sebab, kata-kata di atas jelas pada awalnya punya makna yang tidak lagi spesifik seperi makna terminologinya.

Beranikah anda mengatakan salat itu hanyalah doa, lantaran kata "shalat" dalam Quran dimaknai secara etimologi? Maukah anda menyatakan zakat itu bukan mengeluarkan harta, lantaran kata "zakat" dalam Quran dimaknai secara etimologi?

Kalau anda tidak berani, maka kenapa anda berani memaknai kata "kafir" dalam Quran yang disematkan kepada orang Kristen itu dengan makna etimologi?

Jadi, kata kafir yang disematkan kepada orang Kristen dalam Quran itu sudah menjadi istilah dalam terminologi, sehingga tidak bisa lagi dimaknai secara etimologi yang umum. Dan makna terminologinya adalah pengingkaran terhadap risalah kenabian yang dibawa oleh Muhammad -Shallallaahu`alaihiwasallam-.

Jangankan bahasa Arab, dalam bahasa Indonesia saja kita menemukan kata yang tidak bisa dimaknai secara etimologi lagi, setelah berubah menjadi sebuah istilah. Contohnya, kata "Kepala Negara" dalam bahasa Indonesia tidak lagi bermakna etimologi, sehingga dipahami negara itu sejenis mahluk hidup yang punya bagian anggota tubuh bernama kepala. Ini baru dalam konteks terminologi ketatanegaraan, apalagi dalam konteks ajaran agama. Logis, bukan?

[S]: Itulah sebabnya ada ayat Al-Qur'an yang menyebut petani itu "kafir" karena
kerjaannya "menutupi benih di tanah". Demikian pula diayat lain menyebut suku-suku di Mekah sebagai kafirkarena menutupi kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad. Demikan seterusnya (silakan lihatpostinganku sebelumnya).

[A]: Nah, makna kata "kafir" yang anda sebutkan di atas terkait petani, itu adalah makna etimologi. Ini jelas bisa diterima dak tidak berefek pada pemahaman agama.

Adapun makna "kafir" yang anda sebutkan terkait suku-suku di Mekkah, itu hanyalah korelasi antara makna etimologi dan terminologi dari kata "kafir" yang disematkan kepada mereka. Artinya, ketika mereka tidak mau berimn dengan ajaran Nabi Muhammad, maka seolah-olah menutupi kebenaran ajaran Nabi Muhammad yang sebenarnya mereka sudah akui dalam hati.

To be continued.... :)

NB:
Mohon disebarkan dan dishare ke wall Fb yanh bersangkutan.

Komentar

Postingan Populer