Kisah Wafatnya Abu Turab r.a
Bismillaah bi-idznillaah
Dalam Thabaqot Asy Syafi'iyah Al Kubro menyebutkan :
Abu Turab an-Nakhsyabi (w. 245 H), seorang sufi bermazhab Syafi’i, murid Hatim al-Asham, setelah berkesempatan melaksanakan haji sebanyak 55 kali, pada kali berikutnya, saat wuquf di Arafah, beliau menyaksikan lautan manusia larut dalam kekhusyukan. Pemandangan penuh keharuan yang dilihatnya pada hajinya yang terakhir ini belum pernah ia saksikan sebelum-sebelumnya. Membuatnya takjub hingga kedua bibirnya menguntai doa:
“Ya Allah, jika dari sekian makhluk-Mu ini ada yang tidak Engkau terima hajinya, berikanlah pahala hajiku untuknya.”
Setolaknya dari Arafah, saat bermalam di Muzdalifah, Abu Turab mendengar suara menyerunya dalam mimpinya:
“Engkau bermurah hati atas-Ku, padahal Aku Maha Pemurah di antara para pemurah! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, tidak seorang pun yang wuquf di Arafah ini kecuali Aku telah mengampuninya.”
Abu Turab lalu terjaga dengan perasaan gembira. Tak lama, ia bertemu dengan Yahya bin Mu’adz ar-Razi dan menceritakan mimpinya. Yahya lalu menjawab, “Jika mimpimu itu benar, hidupmu tinggal 40 hari lagi.”
Benar. Pada hari ke-41, orang-orang mendatangi Yahya bin Mu’adz dan mengabarkan bahwa Abu Turab telah wafat. RadliyaLlâhu Ta’âlâ ‘anhum.
Dalam Thabaqot Asy Syafi'iyah Al Kubro menyebutkan :
Abu Turab an-Nakhsyabi (w. 245 H), seorang sufi bermazhab Syafi’i, murid Hatim al-Asham, setelah berkesempatan melaksanakan haji sebanyak 55 kali, pada kali berikutnya, saat wuquf di Arafah, beliau menyaksikan lautan manusia larut dalam kekhusyukan. Pemandangan penuh keharuan yang dilihatnya pada hajinya yang terakhir ini belum pernah ia saksikan sebelum-sebelumnya. Membuatnya takjub hingga kedua bibirnya menguntai doa:
“Ya Allah, jika dari sekian makhluk-Mu ini ada yang tidak Engkau terima hajinya, berikanlah pahala hajiku untuknya.”
Setolaknya dari Arafah, saat bermalam di Muzdalifah, Abu Turab mendengar suara menyerunya dalam mimpinya:
“Engkau bermurah hati atas-Ku, padahal Aku Maha Pemurah di antara para pemurah! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, tidak seorang pun yang wuquf di Arafah ini kecuali Aku telah mengampuninya.”
Abu Turab lalu terjaga dengan perasaan gembira. Tak lama, ia bertemu dengan Yahya bin Mu’adz ar-Razi dan menceritakan mimpinya. Yahya lalu menjawab, “Jika mimpimu itu benar, hidupmu tinggal 40 hari lagi.”
Benar. Pada hari ke-41, orang-orang mendatangi Yahya bin Mu’adz dan mengabarkan bahwa Abu Turab telah wafat. RadliyaLlâhu Ta’âlâ ‘anhum.
Komentar
Posting Komentar