Nahi Munkar Dengan Demonstrasi ?!

Saya telah ditanya oleh seorang rekan sesama alumni al-Azhar. Pertanyaannya, siapa ulama atau syaikh yang memberikan "sanad" pada anda, untuk melakukan amar-ma`ruf dan nahi-munkar dengan cara mengumpulkan massa (demontrasi)?

Sejak diberikan pertanyaan ini sampai sekarang, saya masih belum paham apa yang beliau maksudkan dari kata "sanad" dalam pertanyaannya itu.

Kalau maksudnya adalah anjuran secara turun-temurun untuk melakukan tindakan seperti itu, ya saya katakan itu tidak ada saya pribadi dapatkan dari para dosen atau syaikh tempat saya menimba ilmu di sana. Tidak ada satupun ulama Azhar saat itu yang berpesan untuk melakukan amar-ma`ruf dan nahi-munkar dengan cara berdemo.

Tapi kalau maksudnya adalah keberadaan ulama Azhar yang punya pemahaman seperti itu, maka saya katakan itu jelas ada. Tinggal lagi mau atau tidak membaca lembaran sejarah para ulama Azhar yang sudah didokumentasikan dengan baik.




Dari sekian banyak ulama Azhar, ternyata ada yang pernah memimpin demontrasi masyarakat Mesir waktu itu dengan jumlah lebih dari 40 ribu (belum 2,3 juta), untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada penguasa mereka yang diktator, bahkan beliau dengan massa sampai menggulingkan (mencopot) kekuasaan wali (penguasa) Mesir saat itu yang bernama Khursyid (Khuwarsyid) Basya, dan menggantikannya dengan Muhammad Ali Basya.




Dalam sejarahnya, bukan hanya beliau dari kalangan ulama Azhar yang tampil memimpin demontrasi tersebut, melainkan juga tersebut nama-nama ulama Azhar saat itu, seperti: Syaikh Muhammad al-Mahdy (mufti), syaikh Muhammad al-Amiir (ulama senior), syaikh Sulaiman al-Fayuumi, Sayyid Muhammad as-Saadat (syaikh pemimpin himpunan tarekat Sufi), syaikh al-`Ariisy (Qadhi) dan yang lain-lainya.

Fakta sejarah ini bisa dibaca dalam buku berjudul "al-Azhar Fii Alfi `Aam" (al-Azhar dalam satu milenium), yang disusun oleh DR. Muhammad bin Abdul Mun`im Khafaajy dan DR. Ali Ali Shubh, serta diterbitkan oleh al-Azhar al-Azhariyyah lit-Turaats.

Nah, pertanyaan saya, kalau saya dianggap sudah menyampaikan ajaran atau pemahaman tanpa "sanad" dalam hal ini, lantara saya pribadi tidak pernah diberikan "sanad" secara langsung oleh guru-guru saya selama di Azhar, untuk melakukan amar-ma`ruf dan nahi-munkar dengan cara berdemo, maka beranikah si penanya mengatakan bahwa para "Masyaaikh Azhar" yang saya sebutkan di atas, terutama syaikh Abdullah as-Syarqawy, juga telah mengamalkan ilmu atau ajaran tanpa "Sanad"?

Sekedar tambahan, mungkin di banyak pesantren Aswaja di nusantara ini, secara sadar atau tidak, banyak karya-karya syaikh as-Syarqaawy ini yang dipelajari dan ditelaah, seperti Hasyiyah as-Syarqawy (Fikih), Hasyiyah atas Syarh al-Hudhudy, Syarh al-Hikam, dan lainnya. Ternyata, karya tulis yang kita baca adalah pemikiran seorang ulama yang pernah mendemo penguasa dan menggulingkannya.

Wallaahulmusta`aan.

# Buka mata, buka hati.

Buya Alfitri

Komentar

Postingan Populer