Wajib Memilih Pemimpin Muslim 2。

Bismillaah

Baru-baru ini, saya kembali ditanya oleh salahseorang rekan sesama alumni universitas al-Azhar terkait persoalan memilih pemimpin dari kalangan non-muslim.

Namun, kali ini beliau menanyakan bagaimana pandangan imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawy; seorang ulama besar, produktif dan kharismatik, tentang hukum memilih atau menangkat non-muslim sebagai pejabat yang menangani urusan-urusan terkait umat Islam secara khusus, maupun secara umum.

Setelah ditelusuri, saya -Alhamdulillaah- menemukannya dalam koleksi fatwa imam Nawawi, yang disusun ulang berdasarkan permasalahan Fikih oleh murid terdekatnya; Ibnul `Atthaar.



Disebutkan, imam Nawawi pernah ditanya pertanyaan berikut ini:



مسألة ٢٩٣ : رجل يهوديّ ولّي صيرفيًّا في بيت مال المسلمين ، ليزن الدراهم المقبوضة والمصروفة وينقدها ، ويعتمد في ذلك قوله ، هل تحل توليته أم لا ؟ ، وهل يثاب وليّ الأمر على عزله واستبدال ثقة مسلم بدله ؟ وهل يثاب المساعد في عزله ؟

"[SOAL NO. 293]:
Ada satu orang Yahudi diberikan jabatan sebagai pemeriksa uang Dinar di lembaga keuangan negara. Dia bertugas memeriksa kadar uang Dinar yang diterima dan dikeluarkan, serta mencetaknya, sampai-sampai pandangan orang Yahudi itu dijadikan sebagai rujukan dalam bidang ini. Nah, pertanyaannya adalah:

(1). apakah si Yahudi ini boleh diberikan jabatan seperti itu atau tidak?

(2). apakah penguasa (pemerintah) berpahala bila memecatnya dan diganti dengan orang Islam yang amanah?

(3). apakah orang yang membantu usaha pemecatan itu juga mendapatkan pahala?".

Lalu, bagaimanakah jawaban imam Nawawi? Mari kita simak teks jawaban atau fatwa beliau berikut ini:

الجواب : لا يحلّ تولية اليهود ذلك ، ولا يجوز إبقاؤه فيها ، ولا يحل اعتماد قوله في شيئ من ذلك ، ويثاب ولي الأمر - وفقه الله تعالى - في عزله واستبدال مسلم ثقة ، ويثاب المساعد في عزله . وقال تعالى : (يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا بطانة من دونكم لا يألونكم خبالاً ودّوا ما عنتم ...) إلى آخر الآيات . ومعناها : (لا تتخذوا) من يداخل بواطن أموركم (من دونكم) أي : من غيركم ؛ وهم الكفار (لايألونكم خبالاً) أي : لا يقصرون فيما يقدرون على إيقائه من الفساد والأذى والضرر (قد بدت البغضاء) يقولون : نحن أعداؤكم . والله أعلم

"[JAWABAN]:
(1). Tidak boleh menempatkan si Yahudi itu pada jabatan tersebut, dilarang membiarkan dirinya terus memangku jabatan itu, serta pandangannya tidak boleh dijadikan sebagai rujukan di bidang ini.

(2). Penguasa (pemerintah) akan berpahala bila memecat dan menggantikannya dengan orang Islam yang amanah.

(3). Pihak-pihak yang membantu usaha pemecatannya juga akan mendapatkan pahala.



Allah telah berfirman dalam Q.S: Ali Imran 118. Maksud ayat itu adalah melarang (umat Islam) menjadikan orang kafir sebagai orang kepercayaan. Sebab, mereka akan selalu berusaha membuat kerusakan, tindakan yang menyakitkan dan bahaya. Disamping itu, mereka sendiri sudah menyatakan bahwa mereka adalah musuh umat Islam. Wallaahua`lam".

NB:
Kalau kasus jabatan seperti ini saja sudah begini fatwa ulama yang saya idolakan ini, maka entah seperti apa fatwa beliau untuk kondisi dimana umat Islam sengaja mempercayakan jabatan kenegaraan, seperti: Camat, Bupati, Gubernur, Menteri, Ketua KPK, Panglima ABRI, Kapolri atau Presiden, kepada non-muslim?

Buya Alfitri

Komentar

Postingan Populer