Wajib Memilih Pemimpin Muslim 3.
Bismillaah bi-idznillaah
Dalam karya tulis berjudul "Tahriir al-Ahkaam fii Tadbiir Ahlil Islaam" (Penjelasan Hukum Seputar Kepemimpinan Umat Islam)
Penulisnya yang merupakan salah seorang ulama besar di abad ke-8 H; imam Badr ad-Diin Ibn Jamaa`ah, yang pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Mesir dan Syam, Khatib tetap di Jamik Azhar-Kairo dan Jamik Umawiyah-Damaskus, sekaligus guru dari ulama-ulama besar, seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Ibn Katsir, ad-Dzhahaby dan lainnya, beliau mengatakan:
ولا يجوز تولية الذمي في شيئ من ولايات المسلمين، إلا في جباية الجزية من أهل الذمة، أو جباية ما يؤخذ من تجارات المشركين
"Dilarang mengangkat non-muslim sebagai pejabat yang mengurusi urusan-urusan umat Islam, kecuali dalam bidang penarikan pajak dari non-muslim, atau pajak perniagaan orang musyrik".
فأما ما يجبى من المسلمين من خراج، أو عشر، أو غير ذلك ؛ فلا يجوز تولية الذمي فيه، ولا تولية شيئ من أمور المسلمين. قال الله تعالى : (ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلاً)، ومن ولّى ذميًّا على مسلم فقد جعل له سبيلاً عليه .
"Adapun untuk penarikan berbagai macam pungutan harta dari kalangan umat Islam, maka jabatan bidang ini tidak boleh diserahkan kepada non-muslim, termasuk bidang lainnya yang ada hubungannya dengan umat Islam. Allah telah berfirman dalam Q.S: an-Nisaa' 141. Karena itu, siapa yang mengangkat non-muslim sebagai pejabat untuk mengurusi urusan yang terkait umat Islam, maka berarti dia telah memberikan keleluasaan kepada non-muslim, untuk bisa menguasai orang Islam".
وقال تعالى : (لا تتخذوا اليهود والنصارى أولياء، بعضهم أولياء بعض، ومن يتولهم منكم فإنه منهم)، ولأن تولية الكافر على المسلم تتضمن إعلاءه عليه، وإعزازه بالولاية، وذلك مخالف للشريعة وقواعدها، وقال تعالى : (لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء).
"Dan Allah juga telah berfirman dalam Q.S: al-Maidah 51. Alasan lainya, karena tindakan mengangkat non-muslim sebagai pejabat umat Islam itu, dianggap sebagai tindakan memberikan keleluasaan kepada non-muslim untuk menguasai orang Islam, dan memperkuat non-muslim dengan jabatan tersebut. Padahal, tindakan seperti jelas bertentangan dengan ajaran dan kaidah-kaidah agama, (seperti) firman Allah dalam Q.S: al-Mumtahanah 01".
NB:
Apakah ulama sekaliber beliau akan dicap sebagai ulama radikalis, rasis, pemecah umat, teroris, atau ulama yang berpaham "tidak rahmatan lil-alamin"?
Namun satu hal yang jelas, beliau bukan ulama nusantara dengan pemahaman Islam-Nusantara. :)
Buya Alfitri
Dalam karya tulis berjudul "Tahriir al-Ahkaam fii Tadbiir Ahlil Islaam" (Penjelasan Hukum Seputar Kepemimpinan Umat Islam)
Penulisnya yang merupakan salah seorang ulama besar di abad ke-8 H; imam Badr ad-Diin Ibn Jamaa`ah, yang pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Mesir dan Syam, Khatib tetap di Jamik Azhar-Kairo dan Jamik Umawiyah-Damaskus, sekaligus guru dari ulama-ulama besar, seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Ibn Katsir, ad-Dzhahaby dan lainnya, beliau mengatakan:
ولا يجوز تولية الذمي في شيئ من ولايات المسلمين، إلا في جباية الجزية من أهل الذمة، أو جباية ما يؤخذ من تجارات المشركين
"Dilarang mengangkat non-muslim sebagai pejabat yang mengurusi urusan-urusan umat Islam, kecuali dalam bidang penarikan pajak dari non-muslim, atau pajak perniagaan orang musyrik".
فأما ما يجبى من المسلمين من خراج، أو عشر، أو غير ذلك ؛ فلا يجوز تولية الذمي فيه، ولا تولية شيئ من أمور المسلمين. قال الله تعالى : (ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلاً)، ومن ولّى ذميًّا على مسلم فقد جعل له سبيلاً عليه .
"Adapun untuk penarikan berbagai macam pungutan harta dari kalangan umat Islam, maka jabatan bidang ini tidak boleh diserahkan kepada non-muslim, termasuk bidang lainnya yang ada hubungannya dengan umat Islam. Allah telah berfirman dalam Q.S: an-Nisaa' 141. Karena itu, siapa yang mengangkat non-muslim sebagai pejabat untuk mengurusi urusan yang terkait umat Islam, maka berarti dia telah memberikan keleluasaan kepada non-muslim, untuk bisa menguasai orang Islam".
وقال تعالى : (لا تتخذوا اليهود والنصارى أولياء، بعضهم أولياء بعض، ومن يتولهم منكم فإنه منهم)، ولأن تولية الكافر على المسلم تتضمن إعلاءه عليه، وإعزازه بالولاية، وذلك مخالف للشريعة وقواعدها، وقال تعالى : (لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء).
"Dan Allah juga telah berfirman dalam Q.S: al-Maidah 51. Alasan lainya, karena tindakan mengangkat non-muslim sebagai pejabat umat Islam itu, dianggap sebagai tindakan memberikan keleluasaan kepada non-muslim untuk menguasai orang Islam, dan memperkuat non-muslim dengan jabatan tersebut. Padahal, tindakan seperti jelas bertentangan dengan ajaran dan kaidah-kaidah agama, (seperti) firman Allah dalam Q.S: al-Mumtahanah 01".
NB:
Apakah ulama sekaliber beliau akan dicap sebagai ulama radikalis, rasis, pemecah umat, teroris, atau ulama yang berpaham "tidak rahmatan lil-alamin"?
Namun satu hal yang jelas, beliau bukan ulama nusantara dengan pemahaman Islam-Nusantara. :)
Buya Alfitri
Komentar
Posting Komentar