Indonesia BukanTempat Khilafah ?!
Bismillaah bi-idznillaah
Tempat khilafah bukan di Indonesia
وروى البخاري في تاريخه والحاكم عن أبيهريرة الخلافة بالمدينة والملك بالشام ففيه تنبيه على أن الخلافة الحقيقية ما توجد في مكان صاحب النبوة على اتفاق جمهور الصحابة من أهل الحل والعقد وأنه لا عبرة في الحقيقة بأهل الحل والعقد في غير ذلكالمكان ومن أمثال غير ذلك الزمان وإنما ينعقد بطريق التسلط التي تسمى ملكا للضرورة الداعية إلى نظام حال العامة ولئلا يؤدي إلى الفتنة الطامة والله تعالى أعلم. {مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح – 15 / 357
Al-Bukhari meriwayatkan dalam Tarikh-nya dan al-Hakim dari Abu Hurairah: “Khilafah itu di Madinah, sedangkan kerajaan di Syam. Dalam hadis ini ada peringatan bahwa khilafah yang sesungguhnya adalah khilafah yang ada ditempat Nabi Saw (Madinah) atas kesepakatan mayoritas sahabat dari ahlulhalli wal‘'aqdi. Dan sebenarnya ahlul halli wal ‘aqdi di selain tempat tersebut dan orang-orang selain masa tersebut tidaklah dianggap khilafah, di mana kekuasaannya hanya terjadi melalui cara perebutan yang dinamakan kerajaan, karena alasan darurat yang mengajak untuk mengatur kondisi masyarakat dan agar tidak membawa pada fitnah yang besar.
(Ibid, juz 10, hal. 22).
Pernyataan al-Imam Ali al-Qari di atas menjelaskan bahwa khilafah yang sesungguhnya hanya terjadi pada masa-masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan hari-hari pemerintahan Sayidina Hasan bin Ali ra, dimana khilafah mereka dibaiat di Madinah dan dilakukan oleh mayoritas sahabat dari kalangan ahlul halli wal aqdi. Sedangkan penguasa sesudah mereka, sejak Muawiyah bin Abi Sufyan, disebut dengan raja yang menjalankan pemerintahan dengan sistem kerajaan dan pusat pemerintahannya di Syam, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Pernyataan Imam Mulla 'Ali al-Qari' ini membuka tabir siapa sebenarnya Hizbut Tahrir. mereka ingin berkuasa dengan mengatasnamakan khilafah, padahal khilafah yang sesungguhnya bukan ditangan mereka, bukan pula di tempat kelahiran mereka (Yerussalem Timur).
Tempat khilafah bukan di Indonesia
وروى البخاري في تاريخه والحاكم عن أبيهريرة الخلافة بالمدينة والملك بالشام ففيه تنبيه على أن الخلافة الحقيقية ما توجد في مكان صاحب النبوة على اتفاق جمهور الصحابة من أهل الحل والعقد وأنه لا عبرة في الحقيقة بأهل الحل والعقد في غير ذلكالمكان ومن أمثال غير ذلك الزمان وإنما ينعقد بطريق التسلط التي تسمى ملكا للضرورة الداعية إلى نظام حال العامة ولئلا يؤدي إلى الفتنة الطامة والله تعالى أعلم. {مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح – 15 / 357
Al-Bukhari meriwayatkan dalam Tarikh-nya dan al-Hakim dari Abu Hurairah: “Khilafah itu di Madinah, sedangkan kerajaan di Syam. Dalam hadis ini ada peringatan bahwa khilafah yang sesungguhnya adalah khilafah yang ada ditempat Nabi Saw (Madinah) atas kesepakatan mayoritas sahabat dari ahlulhalli wal‘'aqdi. Dan sebenarnya ahlul halli wal ‘aqdi di selain tempat tersebut dan orang-orang selain masa tersebut tidaklah dianggap khilafah, di mana kekuasaannya hanya terjadi melalui cara perebutan yang dinamakan kerajaan, karena alasan darurat yang mengajak untuk mengatur kondisi masyarakat dan agar tidak membawa pada fitnah yang besar.
(Ibid, juz 10, hal. 22).
Pernyataan al-Imam Ali al-Qari di atas menjelaskan bahwa khilafah yang sesungguhnya hanya terjadi pada masa-masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan hari-hari pemerintahan Sayidina Hasan bin Ali ra, dimana khilafah mereka dibaiat di Madinah dan dilakukan oleh mayoritas sahabat dari kalangan ahlul halli wal aqdi. Sedangkan penguasa sesudah mereka, sejak Muawiyah bin Abi Sufyan, disebut dengan raja yang menjalankan pemerintahan dengan sistem kerajaan dan pusat pemerintahannya di Syam, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Pernyataan Imam Mulla 'Ali al-Qari' ini membuka tabir siapa sebenarnya Hizbut Tahrir. mereka ingin berkuasa dengan mengatasnamakan khilafah, padahal khilafah yang sesungguhnya bukan ditangan mereka, bukan pula di tempat kelahiran mereka (Yerussalem Timur).
Komentar
Posting Komentar