Tafsir Sufi Vs Tafsir Gombal

Bismillaah bi-idznillaah

قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ
Dia (Balqis) berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat” (QS. An-Naml: 34).






Tafsir konvensional:
Merupakan kebiasaan raja-raja apabila memasuki suatu negeri dan menaklukkannya secara paksa, mereka merusak negeri itu dan mengacaukan tatanannya. Mereka menundukkan para pembesar dan penduduk negeri itu, baik dengan cara membunuh, memperbudak, maupun mengusirnya. Penduduk negeri itu pun takluk tak dapat berbuat apa-apa, sementara raja-raja itu mutlak menjadi penguasa (Lihat penafsiran para mufassir dalam kitab-kitab tafsir mereka).

Tafsir Sufi:
Seorang ‘Arif, apabila makrifat telah memasuki dan menguasai hatinya, maka terusirlah segala sesuatu yang semula bercokol di dalamnya. Bahkan, bila masih ada di dalam hatinya sesuatu yang “bergerak” selain makrifat, dibakarlah oleh makrifat. Sehingga jadilah makrifatullah itu satu-satunya yang berkuasa di dalam hatinya (Lihat penafsiran Abu Yazid al-Bastami dalam gambar di bawah ini).

"Tafsir" gombal:
Sebagaimana makrifat merajai hati seorang ‘Arif, cinta juga merajai hati seorang pencinta. Seorang pencinta, bila cintanya kepada kekasihnya telah menguasai hatinya, maka tidak ada ruang di dalam hatinya untuk selain cinta itu. Terusirlah dari dalamnya apapun dan siapapun selain kekasihnya. Jadilah cintanya kepada sang kekasih sebagai satu-satunya yang menguasai hatinya, dan selainnya adalah budak-budaknya.. termasuk dirinya (Lihat status sebelum ini).

Komentar

Postingan Populer