Kisah Muallaf Pembunuh Paman Nabi

Bismillaah

Dalam Tanbihul Ghofilin hal. 35 menceritakan kisah masuk Islmanya Wahsyi yang telah membunuh paman Nabi dan juga seorang Mujahid tersohor dari kalangan Sahabat, beliau adalah Sahabat Hamzah RA.

قال  وحدثنى الثقة باسناده عن ابن عباس رضى الله تعالى عنهما أن وحشيا قاتل حمزة عم النبى صلى الله عليه وسلم كتب الى رسول الله صلى الله عليه وسلم من مكة انى أريد أن أسلم ولكن يمنعنى عن الاسلام اية من القران نزلت عليك وهى قوله تعالى (والذين لا يدعون مع الله الها اخر ولا يقتلون النفس التى حرم الله الا بالحق ولا يزنون ومن يفعل ذلك يلق أثاما) وانى قد فعلت هذه الأشياء الثلاثة فهل لى من توبة فنزلت هذه الاية (الا من تاب وامن وعمل عملا صالحا فأولئك يبدل الله سيئاتهم حسنات) فكتب بذلك الى وحشى فكتب اليه ان فى الاية شرطا وهو العمل الصالح ولا أدرى هل أقدر على العمل الصالح أم لا فنزل قوله تعالى (ان الله لا يغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء) فكتب بذلك الى وحشى فكتب اليه ان فى الاية شرطا ايضا فلا ادرى ايشاء ان يغفرلى ام لا فنزل قوله تعالى (قل يا عبادى الذين اسرفوا على انفسهم لا تقنطوا من رحمة الله ان الله يغفر الذنوب جميعا انه هو الغفور الرحيم) فكتب الى وحشى فلم يجد فيها شرطا فقدم المدينة واسلم
(تنبيه الغافلين ص 35)

Al Faqih berkata: Seseorang yang dapat dipercaya menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Wahsyi menulis surat kepada Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa sesungguhnya ia ingin masuk Islam. Namun, ada satu ayat al-Quran yang menghalang-halanginya, yaitu ayat yang berbunyi, “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),” (QS. Al-Furqan: 68).
Wahsyi merasa bahwa dirinya mengerjakan tiga perbuatan yang diharamkan itu, maka ia bertanya, mungkinkah ia bisa bertaubat. Kemudian turunlah ayat yang berbunyi, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-Furqan: 70).
Rasulullah SAW menjawab surat Wahsyi itu tentang turunnya ayat tersebut. Namun, Wahsyi menulis surat lagi yang menyatakan bahwa di situ dipersyaratkan adanya amal shalih, padahal ia tidak tahu bisa atau tidak untuk mengerjakan amal shalih. Kemudian turunlah ayat yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” (QS. An-Nisa: 48).
Rasulullah menjawab lagi surat Wahsyi itu tentang adanya ayat tersebut. Namun, Wahsyi menulis surat lagi yang menyatakan bahwa pada ayat itu juga ada persyaratan, sedangkan ia tidak tahu apakah kira-kira Allah menghendaki dirinya untuk diampuni atau tidak.
Kemudian turunlah ayat lagi yang berbunyi, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’,” (QS. Az-Zumar: 53).
Kemudian Rasulullah SAW menulis surat lagi kepada Wahsyi. Dan di situ Wahsyi melihat tidak ada persyaratan apa pun, maka ia segera datang ke Madinah dan masuk Islam.

Komentar

Postingan Populer