Syaikh Faqih Muqoddam Mi'roj 70 Kali

*KAJIAN TENTANG KAROMAH SYEIKH FAQIH MUQADDAM (MUHAMMAD BIN ALI)* Cek and kroscek; Ketika viral video seorang dari habaib menyampaikan kisah tentang karomah Faqih Muqaddam mi'raj 70 kali dalam satu malam muncul berbagai tanggapan yang menolak bahkan mencelanya. Namun tidak banyak yang mencari tahu darimana maroji' kisah tersebut didapatkan. Meski termasuk salah satu yang menolak kisah karomah Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali yang melebihi mi'rajnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak serta merta menyalahkan begitu saja sebelum mencari tahu kitab rujukannya, dan akhirnya saya menemumukan Syarah Al-'Ainiyah adalah buku yang berisi riwayat dan wasiat dari para wali dan shalihin, termasuk Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Tabi'in, Para Imam Madzhab, Tokoh-tokoh Sufi, Para Imam Ahli Thariqah, dan Para Ulama Dari Kalangan Saadah Bani Alawi. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai nasehat dan wasiat mereka. Al-Faqih Muqaddam adalah julukan yang ditujukan kepada Syeikh Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath, pendiri Tarekat Alawiyyin dan leluhur dari para keturunan Alawiyyin yang tersebar di Indonesia. Al-Faqih Muqaddam dilahirkan di Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan, pada 574 H/1176 M dan wafat tahun 653 H. Terkait kisah mi'rajnya Al-Faqih Muqaddam 70 kali dalam satu malam dan karomah lainnya terdapat dalam kitab diantaranya Al-Jauhar Asy-Syafaf, Syarh Al-'Ainiyah dan Al-Ustadz Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam sebagai berikut, رواية الخطيب في الجوهر الشفاف: ومن جملة ما كتب إليه شيخ شيوخنا محمد بن علي بن أبي علوي أنه عرج بي إلى سدرة المنتهى سبع مرات في ليلة واحدة، وفي رواية سبع وعشرين، وفي رواية سبعين مرة، وذكر أن رجلًا من أهل السريات الصادقات، والكرامات الخارقات أتى من دمشق يقال له الفضل، فلما قدم أتى إلى الشيخ الجليل شيخ شيوخنا الفقيه محمد بن علي بن أبي علوي وقال له: ما أتيت إليك إلا لأعلمك أني ما وجدت جاثمًا على قلبك إلا الشيخ عبدالرحمن المقعد، وأنت تحكم له، فهو رجل مكتسب، وأنت صاحب نسبة، فقال شيخ شيوخنا: وما هذه النسبة؟ قال: سدرة المنتهى، وقال أيضًا: لو اجتمع أهل المشرق والمغرب على أن يفكوا قفلك لما قدروا« Dalam riwayat Al-Khatib di Al-Jauhar Asy-Syafaf: "Di antara yang ditulis kepada kami oleh Syekh Syekh kami, Muhammad bin Ali bin Abi Alawi, adalah bahwa aku diangkat ke Sidrat Al-Muntaha tujuh kali dalam satu malam. Dalam riwayat lain disebutkan tujuh puluh kali, dan dalam riwayat lain lagi tujuh puluh kali. Ia menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan para wali yang ikhlas dan memiliki karamah luar biasa datang dari Damaskus, yang dikenal dengan nama Al-Fadhil. Ketika ia tiba, ia mendatangi syekh yang mulia, Syekh Syekh kami, Faqih Muhammad bin Ali bin Abi Alawi, dan mengatakannya: 'Aku datang kepadamu hanya untuk memberitahumu bahwa aku tidak menemukan sesuatu yang menghalangimu kecuali Syekh Abdul Rahman yang terkurung, dan kamu harus memberikan keputusan untuknya, karena dia adalah orang yang berusaha, dan kamu adalah orang yang memiliki nasab.' Maka Syeikh-Syeikh kami bertanya: 'Apa nasab ini?' Ia menjawab: 'Sidrat Al-Muntaha,' dan ia juga berkata: 'Seandainya orang-orang dari timur dan barat berkumpul untuk membukakan kunci hatimu, mereka tidak akan mampu.'" (Jauhar Asy-Syafaf juz 1 hal. 79) وكان يقول، يعني الفقيه محمدا : أنا فيكم كمحمد في قومه . وروى غير السقاف : أنا فيكم كعيسى في قومه وردها الشيخ عبد الرحمن السقاف. وقال الشيخ الكبير أبو الغيث ابن الجميل : ماوصلنا إلى درجة عن الفقيه محمد بن علي باعلوي حتى نصفها. قال ذلك ابتداء كشفا . حال بعض المشائخ الحضرميين، أراد أن يسأله عن حال سيدنا الفقيه . وقال الشيخ الكبير عبد الله بن محمد عباد: ماتمضي على الفقيه محمد بن علي ساعة إلا وهو فيها سكران من حميا محبة الله الرحيم الرحمن . وقال الشيخ الجليل الفقيه محمد بن أبي بكر عباد : الذي يغلب على الظن أن الشيخ محمد بن علي يشفع بن علي يشفع حتى في نهد وكانوا سلطنة حضرموت . ولما وقف الشيخ سفيان اليمني على كتاب سيدنا الفقيه الذي أرسله إليه، قال في جوابه مامعناه هذا شيء لم نعرفه ومقام لم نبلغه . وكان من جملة ماكتب به إلى الشيخ سعد، أنه قال : عرج بي إلى سدرة المنتهى سبع مرات. وفي رواية سبعة وعشرين مرة في ليلة واحدة. وفي رواية سبعين مرة. ومن جملة ماكتب إليه الشيخ سعد بن علي، بعد ماعرف تمكينه وتأييده وحراسته عن الزيغ أني أقول قول ناصح محب مشفق فلايكون قلبك متعلقا بالكرامات ولا غيرها، ولا تلتفت إليها، ولوظهرت لك أي ظهور، وليكن قلبك متعلقا بمحبة الله ، والزم حالك الذي أنت عليه، ولو قامت عليك القيامة، ولو رأيت أي هول فلا يهولنك . وكلما عرض عليك شيء، فزنه بميزان الشرع وكتاب الله ، فما وافق الحق ، فاتبعه ومالم يوافق الحق فاتركه . وأنت يافقيه ! أهدى من أن تهدى إن شاء الله ، وأعلم بالشريعة والحقيقة . Ia, yakni Faqih [Muqaddam] Muhammad [bin Ali] berkata: "Saya di antara kalian seperti Muhammad (Shallallahu 'alaihi wa sallam) diantara kaumnya." Dan dikatakan oleh selain As-Seqaf: "Saya di antara kalian seperti Isa ('alaihissalam) diantara kaumnya," yang dibantah oleh Syekh Abdul Rahman As-Seqaf. Dan Syeikh besar Abu Al-Ghaith Ibnu Al-Jamil berkata: "Kami tidak sampai pada derajat Faqih (Muqaddam) Muhammad bin Ali Ba'alawi untuk dapat mengukurnya." Hal ini diungkapkan sebagai pembuka untuk menjelaskan keadaan beberapa ulama Hadramaut, yang ingin menanyakan tentang keadaan Sayid Faqih (Muqaddam). Dan Syeikh besar Abdullah bin Muhammad Abbad berkata: "Tidak ada satu jam pun berlalu bagi Faqih (Muqaddam) Muhammad bin Ali kecuali ia berada dalam keadaan mabuk dari cinta kasih Allah yang Maha Pengasih." Dan Syekh yang mulia, Faqih Muhammad bin Abu Bakar Abbad berkata: "Yang paling mungkin adalah bahwa Syeikh Muhammad bin Ali akan memberikan syafaat." Ketika Syekh Sufyan Al-Yamani menghadapi kitab Tuan Faqih yang dikirimkan kepadanya, ia berkata dalam jawabannya yang artinya: "Ini adalah sesuatu yang tidak kami ketahui dan kedudukan yang belum kami capai." Diantara yang ditulisnya kepada Syeikh Sa'ad adalah bahwa ia berkata: "Saya (di-mi'raj-kan) diangkat ke Sidratul Muntaha tujuh kali. Dalam riwayat lain, dua puluh tujuh kali dalam satu malam. Dalam riwayat lain, tujuh puluh kali." Dan di antara yang ditulis oleh Syeikh Sa'ad bin Ali, setelah ia mengetahui kemampuannya, dukungannya, dan penjagaannya dari penyimpangan, adalah: "Saya berkata dengan penuh kasih dan perhatian, jangan biarkan hatimu terikat pada karamah atau hal lainnya, dan jangan berpaling kepadanya, meskipun itu muncul di hadapanmu. Biarkan hatimu terikat pada cinta Allah, dan tetaplah pada keadaanmu yang sekarang, meskipun kiamat terjadi, atau meskipun kamu melihat sesuatu yang menakutkan, jangan biarkan itu menakutkanmu. Setiap kali sesuatu muncul di hadapanmu, timbanglah dengan timbangan syariat dan kitab Allah; apa pun yang sesuai dengan kebenaran, ikutilah, dan apa pun yang tidak sesuai, tinggalkanlah. Dan engkau, wahai fakih! Lebih terarah daripada yang bisa diarahkan, insya Allah, dan lebih mengetahui tentang syariat dan hakikat." (Syarh Al-'Ainiyah karya Al-Habib Ahmad bin Zain bin Alawi Al-Habsyi hal.158) روى المشايخ رضي اللّه عنهم أن شيخ شيوخنا الفقيـه المقـدممحمد بن علي رضي اللّه عنه خرج ذات يوم من الأيام إلى شـارع من شوارع تريم وكان ذلك الشارع مطروقا، فوقف الشيخ فيه فمَرَّ به بدويٌّ معه جملٌ عليه سعف،ٌ فساومه الشيخ في الـسعف فـأبى البدوي أن يبيع السعف للشيخ بالذي أراد، فقال له الحاضرون : بِعِالسعفَ للشيخ بالذي أراد، فأتى إليه الفقيه الأجل الإمام الأكمـل أحمد بن عبد الرحمن أبو علوي وقال له : بِعِ الشيخَ السعفَ بما أرادفإن الشيخ كذا وكذا، وذكر شيئا من مناقب الشيخ، فقـال لـه البدوي : هو الشيخ محمد بن علي اللّه ؟ فلما سمع الشيخُ ذِكْرَ اللّه قال بأعلى صوته : نعم.. أنا اللّه.. وسقط مغشياً عليه .. إلخ . Diceritakan oleh para ulama, semoga Allah meridhoi mereka, bahwa seorang ulama terkemuka, Muhammad bin Ali, keluar suatu hari ke salah satu jalan di Tarim. Jalan tersebut ramai, dan sang ulama berhenti di situ. Lewatlah seorang Badui yang mengendarai unta yang membawa daun palma (daun palem hias). Sang ulama menawar daun palma tersebut, namun Badui menolak untuk menjualnya dengan harga yang diminta. Orang-orang di sekitarnya berkata: "Jual daun palma itu kepada sang ulama dengan harga yang diminta." Lalu datanglah seorang ulama terhormat, Imam Ahmad bin Abdul Rahman Abu Alawi, dan berkata: "Jual daun palma itu kepada sang ulama dengan harga yang diminta, karena beliau adalah demikian dan demikian," dan menyebutkan beberapa keutamaan sang ulama. Badui itu pun bertanya: "Apakah dia Sheikh Muhammad bin Ali, Allah?" Ketika sang ulama mendengar penyebutan nama Allah, ia berteriak dengan suara keras: "Ya, saya Allah!" dan kemudian pingsan karena terkejut mendengar pernyataan Badui tersebut. (Al-Ustadz Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.92-93) Meski karomah yang dimiliki Al-Faqih Muqaddam ada sebagian saya menolaknya, namun doa beliau saya amalkan karena sangat bagus maknanya sebagaimana berikut, بسم اللّه الرحمن الرحيم اللهم انقلنا والمسلمين من الشقاوة إلى السعادة ، ومن النـار إلى الجنة ، ومن العذاب إلى الرحمة ، ومن الذنوب إلى المغفرة ، ومـن الإساءة إلى الإحسان ، ومن الخوف إلى الأمان ، ومن الفقـر إلى الغنى ، ومن الذل إلى العز ، ومن الإهانة إلى الكرامة ، ومن الضيق إلى السعة ، ومن الشر إلى الخير، ومن العسر إلى اليـسر ، ومـن الإدبار إلى الإقبال ، ومن السقم إلى الصحة ، ومـن السخط إلى الرضى ، ومن الغفلة إلى العبادة ، ومن الفترة إلى الاجتهاد ، ومـن الخذلان إلى التوفيق ، ومن البدعة إلى السنة ، ومن الجور إلى العدل. اللهم أعنّا على ديننا بالدنيا ، وعلى الدنيا بـالتقوى ، وعلـى التقوى بالعمل، وعلى العمل بالتوفيق ، وعلى جميع ذلك بلطفـك المفضي إلى رضاك، المُنْهِي إلى جنتك ، المصحوب ذلك بـالنظر إلىوجهك الكريم. "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" "Ya Allah, pindahkanlah kami dan umat islam dari kesengsaraan ke kebahagiaan, dari api neraka ke surga, dari siksaan ke rahmat, dari dosa ke pengampunan, dari keburukan ke kebaikan, dari ketakutan ke keamanan, dari kemiskinan ke kekayaan, dari kehinaan ke kemuliaan, dari penghinaan ke kehormatan, dari kesempitan ke kelapangan, dari kejahatan ke kebaikan, dari kesulitan ke kemudahan, dari penolakan ke penerimaan, dari sakit ke kesehatan, dari kemarahan ke keridhaan, dari kelalaian ke ibadah, dari keterpurukan ke usaha yang gigih, dari keputusasaan ke keberhasilan, dari bid'ah ke sunnah, dan dari ketidakadilan ke keadilan. Ya Allah, bantu kami dalam agama kami dengan dunia ini, dan bantu dunia ini dengan ketakwaan, serta bantu ketakwaan dengan amal, dan bantu amal dengan keberhasilan, dan semua itu dengan kelembutan-Mu yang mengantarkan kepada keridhaan-Mu, yang mengarah ke surga-Mu, disertai dengan pandangan kepada wajah-Mu yang mulia." (Al-Ustadz Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.113-115) Lantas bagaimana dalam mensikapi kisah karomah para wali? Terdapat penjelaskan dalam kitab Al-Ustadz Al-A'zhom Al-Faqih Muqaddam sebagai berikut, ليس من شرط الايمان ان أصدق بكرمة فلان او خريقة علان, وان شرط الايمان ان لا اكذب بحصول لمن اتقى الله عموما "Bukan syarat iman untuk mempercayai karamah seseorang atau keajaiban dari orang lain, tetapi syarat iman adalah tidak berdusta tentang apa yang terjadi bagi orang yang bertakwa kepada Allah secara umum." (Al-Ustadz Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.90). Wallahu a'lam bis-Shawab Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin *والله الموفق الى أقوم الطريق*

Komentar

Postingan Populer